Selasa, 25 April 2017

artikel kebudayaan suku Jawa

SUKU JAWA
Suku Jawa (Bahasa Jawa Ngoko:  Wong Jawa, Krama:  Tiyang Jawi) merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Setidaknya 41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa Sebelumnya Suku Jawa Berjumlah 47,05% Pada Tahun 1930 Yang Di Adakan Oleh Pemerintahan Kolonial Belanda Pada Waktu Itu .Penurunan Ini Terjadi Karena  Banyaknya Orang Jawa Yang Menjadi Bagian Dari Etnis Setempat Di Beberapa Daerah Di Indonesia. Selain di ketiga provinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Jakarta, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Banten dan Kalimantan Timur. Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti Suku Osing, Orang Samin, Suku Tengger, dan lain-lain. Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di negara Suriname, Amerika Selatan karena pada masa kolonial Belanda suku ini dibawa ke sana sebagai pekerja dan kini suku Jawa di sana dikenal sebagai Jawa Suriname.
1.    ETIMOLOGI
Asal mula nama 'Jawa' tidak jelas. Salah satu kemungkinan adalah nama pulau ini berasal dari tanaman jáwa-wut, yang banyak ditemukan di pulau ini pada masa purbakala, sebelum masuknya pengaruh India pulau ini mungkin memiliki banyak nama.  Ada pula dugaan bahwa pulau ini berasal dari kata jaú yang berarti "jauh".Dalam Bahasa Sanskerta yava berarti tanaman jelai, sebuah tanaman yang membuat pulau ini terkenal. Yawadvipa disebut dalam epik India RamayanaSugriwa, panglima wanara (manusia kera) dari pasukan Sri Rama, mengirimkan utusannya ke Yawadvipa (pulau Jawa) untuk mencari Dewi Shinta. Kemudian berdasarkan kesusastraan India terutama pustaka Tamil, disebut dengan nama Sanskerta yāvaka dvīpa (dvīpa = pulau). Dugaan lain ialah bahwa kata "Jawa" berasal dari akar kata dalam bahasa Proto-Austronesia, yang berarti 'rumah'.



2.  PANDANGAN HIDUP
Sebagian besar orang Jawa sangat fleksibel dengan konsep agama manapun dan cara berpikir agama apapun dengan tetap mengedepankan pandangan asli mengenai alam kodrati dan alam adikodrati..
Namun penulis berpendapat bahwa  Pandangan hidup orang Jawa disini muncul oleh karena interaksi-interaksi gen orang Jawa dengan Unsur-unsur adikodrati yang sebenarnya adalah kehakikian asal muasal peradaban orang Jawa terdahulu. Membentuk dan membekas sebagai memori didalam DNA/RNA  orang Jawa ang berasal dari leluhurnya yaitu bangsa Lemuria atau Sumeria atau LU ME RA atau LE MU RA yang dipimpin oleh Putri Electra Bio.
Bangsa Lemuria atau Sumeria atau Lu Me Ra atau Le Mu Ra, adalah suatu bangsa yang hidup pada di bumi hanya ada satu benua besar, berada di pulau Jawa, dan semua pulau di Indonesia ditambah sebelah selatan pulau Jawa (yang sekarang ini menjadi Laut Selatan). Bangsa ini mempunyai peradaban yang bisa menembus,mengendarai,dan bersatu dengan cahaya.Bangsa ini telah berpindah ke dimensi cahaya, setelah benuanya tenggelam oleh karena peristiwa alam. Oleh karena bangsa inilah pula yang menimbulkan pemahaman-pemahaman,ajaran-ajaran menyembah pada Tuhan Yang Maha Pencipta, yang karena ajaran-ajaran inilah sebagai pendahulu adanya seluruh agama di dunia ini.(untuk penjelasan mengenai bangsa Lemuria Peradaban dan Kebudayaanya akan kami bahas dalam Kitab Nyata Niti karya eyang kami BKPH.Kolonel Poerbodiningrat atau RM.Koesen Poerbodiningrat).
Ada sebagian dari kelompok msyarakat yang beranggapan bahwa :
A.    Dasar kepercayaan Jawa atau Javanisme adalah keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini pada hakekatnya adalah satu atau merupakan kesatuan hidup yang saling menghidupi,mengayomi,memelihara,dan melestarikan (Memayu Hayuning Buwono) dan menyingkiri hal-hal yang berbau serakah dan ketidakseimbangan yang menghambat perjalanan hidupnya yang penuh dengan pengalaman-pengalaman yang religius.
B.     Alam pikiran orang Jawa merumuskan kehidupan manusia berada dalam dua kosmos (alam) yaitu makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap alam semesta yang mengandung kekuatan supranatural dan penuh dengan hal-hal yang bersifat misterius. Sedangkan mikrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap dunia nyata. Tujuan utama dalam hidup adalah mencari serta menciptakan keselarasan atau keseimbangan antara kehidupan makrokosmos dan mikrokosmos.
C.     Dalam makrokosmos pusat alam semesta adalah Tuhan. Alam semesta memiliki hirarki yang ditujukan dengan adanya jenjang alam kehidupan orang Jawa dan adanya tingkatan dunia yang semakin sempurna (dunia atas-dunia manusia-dunia bawah). Alam semesta terdiri dari empat arah utama ditambah satu pusat yaitu Tuhan yang mempersatukan dan memberi keseimbangan.
D.    Sikap dan pandangan tehadap dunia nyata (mikrokosmos) adalah tercermin pada kehidupan manusia dengan lingkungannya, susunan manusia dalam masyarakat, tata kehidupan manusia sehari-hari dan segala sesuatu yang nampak oleh mata. Dalam menghadapi kehidupan manusia yang baik dan benar didunia ini tergantung pada kekuatan batin dan jiwanya.
E.     Bagi orang Jawa, pusat di dunia ada pada raja dan karaton, Tuhan adalah pusat makrokosmos sedangkan raja adalah perwujudan Tuhan di dunia sehingga dalam dirinya terdapat keseimbangan berbagai kekuatan alam. Jadi raja adalah pusat komunitas di dunia seperti halnya raja menjadi mikrokosmos dari Tuhan dengan karaton sebagai kediaman raja . karaton merupakan pusat keramat kerajaan dan bersemayamnya raja karena raja merupakan sumber kekuatan-kekuatan kosmis yang mengalir ke daerah dan membawa ketentraman, keadilan dan kesuburan.
Pandangan semacam ini mulai dari nomer satu hingga nomer empat memang sesuai dengan sifat dan karakteristik Orang Jawa. Namun pada pernyataan nomer lima ada kurang tepatnya, karena orang Jawa meskipun ada yang berasal dari kasta sudra (yang  kematangan pikiran dan rohani/religiositasnya ditataran Sudra) sekalipun mereka juga beranggapan bahwa per individu orang Jawa adalah wujud Mikrokosmos, dalam arti Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai Makrokosmos dan per individu orang Jawa sebagai Mikrokosmos. Sehingga muncul pula ajaran-ajaran orang Jawa bahwa Tuhan Yang Maha Pencipta adalah aku-nya orang Jawa, dan aku-nya orang Jawa adalah Aku-nya Tuhan Yang Maha Pencipta. Jadi Mikrokosmos bukan hanya raja maupun Kraton, tetapi semua per individu orang Jawa itu adalah wujud Mikrokosmosnya Tuhan Yang Maha Pencipta.


3.  Kepercayaan
Agama mayoritas dalam suku bangsa Jawa adalah Islam. Selain itu juga terdapat penganut agama Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Masyarakat Jawa percaya bahwa hidup diatur oleh alam, maka ia bersikap nrimo (pasrah). Masyarakat Jawa percaya keberadaan arwah/ roh leluhur dan makhluk halus seperti lelembut, tuyul, demit, dan jin.
Selamatan adalah upacara makan bersama yang telah diberi doa sebelumnya. Ada empat selamatan di Jawa sebagai berikut.
1.      Selamatan lingkaran hidup manusia, meliputi: hamil tujuh bulan, potong rambut pertama, kematian, dan kelahiran.
2.      Selamatan bersih desa, upacara sebelum, dan sesudah panen.
3.      Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari/bulan-bulan besar Islam.
4.      Selamatan yang berhubungan dengan peristiwa khusus, perjalanan jauh, ngruwat, dan menempati rumah baru. Jenis selamatan kematian, meliputi: nelung dina (tiga hari), mitung dina (tujuh hari), matang puluh dina (empat puluh hari), nyatus (seratus hari), dan nyewu (seribu hari).
4.  Bahasa
Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya 42% orang Jawa yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 28% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.
Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.




5.  RUMAH ADAT
Rumah adat di Jawa Timur disebut rumah Situbondo, sedangkan rumah adat di Jawa Tengah disebut Istana Mangkunegaran. Istana Mangkunegaran merupakan rumah adat Jawa asli.
 rumah adat jawa timur tengah yogyakarta
6.  KESENIAN
A. Seni Tari
Tarian-tarian di Jawa beraneka ragam di antaranya sebagai berikut.
a.       Tari tayuban adalah tari untuk meramaikan suasana acara, seperti:                       khitanan dan perkawinan. Penari tayuban terdiri atas beberapa perempuan.
b.      Tari reog dari Ponorogo. Penari utamanya menggunakan topeng.
c.       Tari serimpi adalah tari yang bersifat sakral dengan irama lembut.
d.       Tari gambyong.
e.       Tari bedoyo.

Gambar 2. Reog Ponorogo (Yan Arief Purwanto / flickr)
B.   Seni Musik
Gamelan merupakan seni musik Jawa yang terkenal. Gamelan terdiri atas gambang, bonang, gender, saron, rebab, seruling, kenong, dan kempul.

C.   Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan yang terkenal adalah wayang, selain itu juga kethoprak, ludruk, dan kentrung.






D.   Senjata Tradisional
Image result for KERIS JAWA
Keris adalah salah satu senjata tradisional budaya Indonesia, tentunya setelah nenek moyang kita mengenal besi. Berbagai bangunan candi batu yang dibangun pada zaman sebelum abad ke-10 membuktikan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itu telah mengenal peralatan besi yang cukup bagus, sehingga mereka dapat menciptakan karya seni pahat yang bernilai tinggi. Namun apakah ketika itu bangsa Indonesia mengenal budaya keris sebagaimana yang kita kenal sekarang, Gambar relief paling kuno yang memperlihatkan peralatan besi terdapat pada prasasti batu yang ditemukan di Desa Dakuwu, di daerah Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Melihat bentuk tulisannya, diperkirakan prasasti tersebut dibuat pada sekitar tahun 500 Masehi. Huruf yang digunakan, huruf Pallawa. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Sanskerta. Prasasti itu menyebutkan tentang adanya sebuah mata air yang bersih dan jernih. dalam filosofi Jawa Kuno adalah lambang ilmu pengetahuan, kalasangka melambangkan keabadian, sedangkan bunga teratai lambang harmoni dengan alam. 









E.     Baju Adat
Image result for PAKAIAN ADAT JAWA
Nama pakaian adat Jawa Tengah adalah kain kebaya, gambar pakaian adat Jawa Tengah dan keterangannya silahkan dilihat pada penjelasan dibawah ini. Pulau Jawa adalah salah satu pulau dengan penduduk terpadat dan bermacam kebudayaan ada didalamnya. Setelah kemarin saya menulis tentang kebudayaan yang ada di Riau dan tentang pakaian adat Jawa Barat, sekarang mari kita bahas tentang pakaian adat Jawa Tengah. Di Jawa ada bermacam-macam pakain adat yang dikenakan dalam acara penikahan maupun dalam acara adat lainnya. Yang paling populer dari pakaian adat Jawa Tengah adalah pakaian setelan kain kebaya, kain kebaya yang ada di Jawa Tengah berbeda motif jika dibandingkan kebaya dari Yogyakarta maupun daerah lain. Biasanya yang membedakannya adalah pada motif batik serta model setelan cara pemakaian kain kebaya-nya. Kalau dilihat sepintas, pakaian adat Jawa Tengah identik dengan penggunaan kain kebaya dengan motif batik, dimana batik yang digunakan merupakan batik tulis yang masih tergolong asli.



7.   SISTEM KEKERABATAN

Sistem kekerabatan Jawa merupakan sistem kekerabatan yang berkembang di antara masyarakat Jawa. Istilah kerabat merujuk pada pertalian kekeluargaan yang ada dalam sebuah masyarakat. Sistem kekerabatan orang Jawa lebih didasarkan pada sisi fungsi dalam pergaulan, pengenalan dan daya ingat seseorang. Sistem kekerabatan Jawa tidak tergantung pada suatu sistem normatif atau sebuah konsep tertentu.[1] Pada umumnya orang Jawa hanya berhubungan dengan keluarga intinya, yaitu orang tua saudara kandung, saudara kandung orangtua. Kekerabatan orang Jawa juga akan meluas ketika terjadi perkawinan antara dua orang yang melangsungkan perkawinan sah menurut agama dan adat. Sistem kekerabatan ini erat kaitannya dengan pembagian warisan. Sistem kekerabatan orang Jawa lebih bersifat Patrilinial. Orang Jawa memiliki sistem kekerabatan yang kuat

A.  Fungsi

Sistem kekerabatan berfungsi dalam hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan rumah tangga. Sistem kekerabatan memberi kehangatan sebagai sebuah keluarga besar. Kehangatan dan kedekatan keluarga memberi jaminan saudara di hari tua. Sistem kekerabatan juga memberikan identitas keluarga besar seseorang yang akan menentukan kedudukan dan gengsinya dalam masyarakat. Selain itu, sistem kekerabatan memberi patokan untuk memberikan warisan sesuai dengan alur nenek moyang.

B.      Alur waris[

Alur waris adalah suatu kelompok kekerabatan yang berdasar pada satu nenek moyang. Anggota alur waris mempunyai kewajiban untuk menjaga dan merawat makam leluhur. Salah satu kewajiban utama adalah mengadakan selametan dan upacara adat bagi leluhur yang sudah meninggal. Anggota alur waris tidak semua tinggal dan hidup di desa yang sama. Maka paling tidak ada satu anggota ahli waris di desa asal yang menjalankan kewajiban di atas. Alur waris yang merantau atau pergi ke luar desa biasanya tetap menjaga kekerabatan mereka dengan mengadakan pertemuan rutin.  Selain itu tetap ada waktu yang ditentukan untuk berziarah ke daerah asal mereka untuk menghormati leluhur. Dalam beberapa keluarga yang mempunyai adat tertentu, memelihara makam leluhur bukanlah sebuah kewajiban. Maka sistem kekerabatan tetap dijaga tanpa memperhatikan tujuan untuk menjaga makam leluhur mereka di daerah asal. Karena dalam agama tertentu mengujungi makam bukanlah suatu yang dibenarkan.

C.   Sanak sedherek

Sanak sedherek merupakan istilah untuk menyebut sistem kekeluargaan di luar hubungan darah. Biasanya sistem ini berdasarkan pada kedekatan sosial dan pengaruh-pengaruh pergaulan sosial sehari-hari. Misalnya kedekatan geografis. Selain itu ada keluarga yang mempunyai pengaruh yang mengangkat keluarga-keluarga di sekitar mereka menjadi sanak sedherek.[1] Misalnya seorang kepala dusun berkerabat dengan lurah dan juga petani-petani berpengaruh di suatu desa
8.     Masakan Jawa a
Masakan khas yang berasal dari pulau Jawa, kecuali Jawa Barat yang mempunyai kekhasan khusus sebagai Masakan Sunda. Masakan Jawa tersedia di Warung Tegal. Masakan Jawa tempe menjadi masakan internasional dan menjadi satu satunya masakan Indonesia yang tidak terpengaruh oleh masakan Tionghoa, masakan India, atau masakan Arab. Seperti sate Ponorogo, Tahu campur, Lontong balap, Tahu tek dll.
9.      PROFESI
Mayoritas masyarakat Jawa berprofesi sebagai petani. Sedangkan di perkotaan mereka berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, karyawan, pedagang, usahawan, dan lain-lain. Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta jumlah orang Jawa mencapai 40% pada tahun 2015 dari penduduk Jakarta. Orang Jawa perantauan di Jakarta bekerja di berbagai bidang. Hal ini terlihat dari jumlah mudik lebaran yang terbesar dari Jakarta adalah menuju Jawa Tengah. Secara rinci prediksi jumlah pemudik tahun 2014 ke Jawa Tengah mencapai 7.893.681 orang. Dari jumlah itu didasarkan beberapa kategori, yakni 2.023.451 orang pemudik sepeda motor, 2.136.138 orang naik mobil, 3.426.702 orang naik bus, 192.219 orang naik kereta api, 26.836 orang naik kapal laut, dan 88.335 orang naik pesawat.[7] Bahkan menurut data Kementerian Perhubungan Indonesia menunjukkan tujuan pemudik dari Jakarta adalah 61% Jateng dan 39% Jatim. Ditinjau dari profesinya, 28% pemudik adalah karyawan swasta, 27% wiraswasta, 17% PNS/TNI/POLRI, 10% pelajar/mahasiswa, 9% ibu rumah tangga dan 9% profesi lainnya. Diperinci menurut pendapatan pemudik, 44% berpendapatan Rp. 3-5 Juta, 42% berpendapatan Rp. 1-3 Juta, 10% berpendapatan Rp. 5-10 Juta, 3% berpendapatan di bawah Rp. 1 Juta dan 1% berpendapatan di atas Rp. 10 Juta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar